Alhamdulillah, tadi siang saya mengajar keagamaan di kelas 8 SMP Bahtera Bandung. Pelajaran keagamaan merupakan program dari SMP Bahtera. Mulai dari shalat wajib zhuhur, doa, dan kemudian diskusi agama yang disampaikan murid secara bergiliran. Setiap hari para murid Bahtera diwajibkan mengikutinya: mulai ba’da dzuhur. Lamanya sekira satu jam.
Kebetulan tadi siang, temanya tentang sosok Khadijah, istri Nabi Muhammad saw. Murid yang kebagian menyampaikan materi keagamaan adalah Dzafa. Di hadapan teman-temannya, sambil gemeteran, Dzafa menyampaikan materi diskusi dengan membacanya.
Setelah Dzafa menyampaikan materi, saya meminta setiap teman-temannya yang mendengarkan materi dari Dzafa menyampaikan komentar. Ragam komentar yang muncul. Mulai dari suaranya yang pelan, kakinya yang terus bergerak, garuk-garuk saat baca, sampai mengomentari isi materinya.
Berdasarkan penelusuruan Dzafa dari tiga situs yang ada di internet bahwa Khadijah merupakan istri pertama Nabi Muhammad saw, wanita pertama yang beriman kepada kenabian Muhammad saw, menyerahkan seluruh hartanya, dan ibu dari Fatimah Azzahra.
Saya yang kebagian tugas mendampingi murid Bahtera dalam keagamaan memberikan sedikit tambahan dari diskusi tersebut.
Pertama, Khadijah binti Khuwailid termasuk wanita yang disebutkan penghuni surga bersama tiga wanita lainnya: Asiyah binti Muzahim, Maryam binti Imran, dan Fathimah binti Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad, Turmudzi, dan Al-Hakim. Ketiga tokoh hadis tersebut adalah dari Ahlusunnah atau Mazhab Sunni.
Kedua, Khadijah adalah wanita terbaik yang menjaga kesuciannya hingga kemudian dipersatukan dalam pernikahan dengan manusia suci. Konon, beberapa tokoh Makkah sempat melamarnya. Hanya mereka ditolak. Dari tolakan itu mereka kemudian mengunjingkan atau menyebut Khadijah sebagai wanita tua. Kondisi Arab saat itu memang tidak memihak pada wanita. Ketika ada seorang wanita yang dalam harta tak tertandingi, kesalehan, dan akhlak yang luar biasa sehingga Khadijah termasuk “putri” ternama di Makkah.
Pada bagian ini saya bertanya kepada para murid: mengapa Khadijah tidak menerima lamaran orang-orang dan tokoh terpandang di Makkah? Seorang murid teriak: karena orang-orang Makkah itu jahat. Saya hanya tersenyum dan membenarkan karena memang dahulu para tokoh Arab banyak melakukan tindakan amoral dan asusila sehingga disebut jahiliah.
Saya diam sebentar menunggu murid lain bicara. Karena tak ada yang bicara maka saya tambahkan bahwa orang yang sudah terkenal dengan kekayaannya di Makkah tentu tidak ingin memiliki suami yang kaya. Juga karena Khadijah adalah orang yang terkenal pasti tidak butuh lagi suami yang ternama di Makkah. Tentu yang dicari adalah orang yang memiliki kestimewaan di luar harta dan popularitas. Karena itulah Khadijah “jatuh cinta” kepada sosok Muhammad bin Abdullah yang secara kepribadian, karakter, keturunan, dan perilaku kesehariannya berbeda dengan orang-orang Makkah. Faktor kesucian dan kesalehan dari sosok Muhammad bin Abdullah ini yang mendorong Khadijah menikahinya.
Ketiga, Khadijah adalah istri Nabi Muhammad saw yang paling lama dalam berumah tangga dan melahirkan anak. Dari Khadijah pula kemudian Rasulullah saw memiliki keturunan yang banyak dari garis Fathimah. Keturunannya tidak terputus hingga sekarang.
Memang ada istri Nabi Muhammad saw yang memiliki anak, yaitu Maria Al-Qibtiyah. Pernikahannya dengan Rasulullah saw melahirkan anak laki-laki bernama Ibrahim. Hanya saja putra Nabi itu wafat saat kecil. Jadi, keturunan Nabi hanya Fathimah.
Berkaitan dengan usia pernikahan dengan Nabi Muhammad saw, janda atau perawan, dan agamanya sebelum Islam dari Khadijah; tidak sempat dibahas. Karena bel sudah bunyi maka istirahat dan berganti dengan pelajaran lainnya.
Bandung, 28 Agustus 2014
Ahmad Sahidin