home_tegal Home

12 Menit [Asyifa]

Diposting pada: 2024-12-20, oleh : Administrator, Kategori: Catatan Murid

Buku ini menceritakan tentang sebuah marching band yang didirikan di Kaltim. Nama marching band ini adalah Marching Band Bontang Pupuk Kaltim. Di dalam marching  band ini terdapat anak-anak yang tak takut untuk meraih mimpi. Ada anak-anak yang asli sana dan ada juga anak-anak dari luar Kaltim.  Yang melatih marching band ini adalah seorang lulusan sekolah musik amerika yang juga anggota marching band internasional. Ia diminta oleh manajer perusahaan pupuk bontang yang ternyata adalah mantan kekasih rene. Perempuan ini kuliah di fakultas Music Education and Human Learning. Sejak kecil ia memang sangat tertarik dengan yang namanya drum.

Elaine, gadis tujuh belas tahun yang pintar,  ia mempunyai seorang pekerja keras asal Jepang,  yang bersikeras agar anak gadisnya mengutamakan sekolah daripada bermusik. Untunglah Elaine mempunyai seorang Ibu yang lembut hati dan bijaksana yang selalu siap melindungi dan membelanya. Elaine adalah gadis pemain biola yang bisa dikatakan cukup hebat. Dia sangat disenangi di sekolahnya, dan dia mencintai sekolahnya. Dengan pilihan yang amat sulit baginya dari awal kepindahanya dari Jakarta ke Bontang. Ketika sekolah di Bontang juga ia mendapatkan pilihan yang amat sulit yaitu pilihan antara mengikuti Olimpiade Fisika mewakili sekolahnya yang akan membuat ayahnya bangga atau mengikuti lomba Grand Prix Marching Band sebagai Field Commander.

Tara,  gadis manis berkerudung yang harus rela kehilangan sebagian pendengaranya karena kecelakaan yang dialaminya bersama  ayahnya.  Peristiwa itu  membuat gadis ini merasa bersalah tak berkesudahan atas kematian ayahnya. Di sisi lain sepeninggal Ayahnya, Ibunya memilih meninggalkanya untuk melanjutkan studi di luar negeri, demi kehidupan yang lebih baik di masa datang  bagi dirinya dan Tara. Kesedihan mendalam,  keterbatasan pendengaran dan merasa diperlakukan tidak adil ,  membuat Tara menjadi   remaja yang sangat labil dalam menyikapi  berbagai masalah yang menghinggapinya. Beruntung memiliki   Oma dan Opa yang melimpahkan segala kasih sayangnya kepada cucu satu – satunya itu  dan mendukung penuh talenta bermusik Tara yang tak berkurang sedikitpun, meski  indera pendengaranya telah berkurang. Ia hidup dengan alat bantu untuk mendengar yg terpasang ditelinganya. Tara sempat berputus asa ketika mengikuti marching band ini, dia tidak tahan dengan bentakan dari pelatihnya, yaitu Rene. Permainannya cukup bagus, ia diperlukan dalam marching band ini. Akhirnya rene pun membujuknya untuk ikut masuk ke dalam marching band kembali. Dan tara pun mau untuk masuk lagi  dan berlatih di marching band ini.

Lahang, anak laki – laki satu-satunya dari pemuka adat suku Dayak, meski  derita dan kekurangan daya  selalu melingkupinya,  tak mengurangi semangat untuk menggapai cita – citanya untuk  melihat tugu Monas, sebagai simbol sebuah kemajuan dan keterbukaan mata sebagai anak daerah. Dan satu – satunya tiket untuk bisa mencapai Monas adalah dengan menjadi  anggota tim inti Marching Band. Kemana-mana lahang selalu membawa kertas peninggalan ibunya yg bergambar monas itu. Di tempa segala derita membuat Lahang menjadi anak yang luar bisa kuat dan berani memutuskan sesuatu meski itu sebuah hal yang sangat sulit sekalipun. Ketika sudah hampir tampil di jakarta, ia mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal. Memang, sebelum lahang berangkat ke jakarta. Ayahnya sudah sakit parah. Awalnya lahang hampir tidak pergi, tetapi dia juga ingin membanggakan ayahnya. Akhirnya dengan perasaan bimbang dia pun pergi ke Jakarta.

Latihan-latihan yang mereka jalani cukup berat, suka dan duka mereka lewati bersama. Dan sebelum mereka pulang, rene sang pelatih memberikan kata-kata motivasi. Dan mereka pun selalu meneriakkan kata “vincero”. Ketika ke jakarta, anak-anak bontang ini terkagum-kagum. Sangat lucu. Akhirnya latihan dan kerja keras mereka selama ini terbayarkan.

Sampailah di tempat lomba diadakan. Masing-masing marching band yang ada memiliki keunggulan. Ada yang kostumnya sangat bagus. Ada yang pelatihnya bagus, cara melatihnya itu seperti menghipnotis anak-anak didiknya. Dan masih banyak lagi. Anak-anak marching band pupuk bontang kaltim ini pun mulai tidak percaya diri. Tapi rene tetap memberi semangat.

Tibalah saatnya mereka tampil. Karena elaine sedang dihukum oleh ayahnya karena ketahuan lebih memilih marching band ini ketimbang dengan olimpiade fisika, maka dia dilarang untuk ikut lomba marching band ini. Dan diam di rumah. Akhirnya posisinya sebagai field commander digantikan oleh seorang field commander yang lama yang sebenarnya sedang sakit dan duduk di kursi roda. Diam-diam elaine pergi ke lomba itu tanpa sepengetahuan ayahnya. Setibanya disana dia langsung naik ke panggung dan menggantikan field commander yang lama (lupa namanya). Semuanya cukup terkejut tetapi sangat senang melihat kedatangan elaine. Elaine melihat ke sekeliling, dan dia melihat ayahnya sedang duduk disamping ibunya dan menontonnya. Akhirnya dimulai pun permainan mereka. Sangat memuaskan. Setelah selesai semua orang bertepuk tangan, sangat meriah. Termasuk ayahnya elaine. Dia merasa sangat bangga dengan elaine. Mereka semua saling berpelukan bahkan ada yang sampai menangis. Tapi itu tangisan bahagia. Yang awalnya lahang sudah hampir pulang karena mendengar berita ayahnya meninggal, dan berkat perjuangan rene untuk membujuknya berhasil dan dia tidak jadi pulang. Elaine pulang lebih cepat, dia sudah dipanggil ayahnya. Dan ayahnya pun sangat bangga dengan anak satu-satunya itu.

Mereka mendapatkan juara. Juara harapan. Mereka sangat senang. Kerja keras mereka selama ini terbayarkan dengan keberhasilan mereka. Rene sangat bangga. Anak-anak didiknya bisa juara. Tidak disangka-sangka. Dan berakhirlah semuanya dengan senyuman dan tangisan yang mewakili rasa bahagia mereka semua.

Asyifa N.M. adalah murid kelas 9 SMP Bahtera

 


Print BeritaPrint PDFPDF

Berita Lainnya :

Tinggalkan Komentar


Nama *
Email * Tidak akan diterbitkan
Url  masukkan tanpa Http:// contoh :www.m-edukasi.web.id
Komentar *
 Masukkan kode diatas
 

Ada 0 komentar untuk berita ini