Mungkin sudah takdir. Mungkin sudah ketentuan dan pilihan bahwa memberikan layanan ilmu pada anak manusia adalah aktivitas yang mesti dijalani dalam keseharian. Meski tidak punya latar belakang pedagogik, tetapi saya dapat bergabung dalam lembaga pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Bahtera, yang berlokasi di Arcamanik Endah Bandung.
Awalnya saya tidak memahami, mengapa diberi nama Bahtera? Ternyata itu akronim dari “Berakhlaq & Terampil”, yang fokus pada karakter dan kecakapan hidup (lifeskills).
Jadi, selain memberikan pengajaran dan pendidikan dengan mata pelajaran yang reguler, sekolah Bahtera ini membekali murid-muridnya agar mampu mengikuti perkembangan zaman. Mulai dari penguasaan teknologi informasi, spiritualitas Islam, pembiasaan hidup selaras dengan nilai kebangsaan Indonesia.
Lifeskills yang diberikan pada murid Bahtera di antaranya tata boga, financial, elektronika dasar, mengetik sepuluh jari, desain grafis, communication skills, social skills, strimin skills, happiness skills, dan coping skills. Itu semua masuk menjadi pelajaran yang diberikan pada murid secara berjenjang dari kelas 7 kemudian kelas 8 dan kelas 9. Sehingga lulus dari sekolah Bahtera, bukan hanya pelajaran reguler yang diperoleh juga pendidikan lifeskills. Ini yang menjadi khas sekolah Bahtera di Bandung.
Mengapa diberikan lifeskills? Dari sejak dasar sampai perguruan tinggi, pendidikan di negeri ini secara umum bercorak teoritis dan tidak dengan kenyataan hidup yang dialami murid. Dengan lifeskills, murid diperkaya dengan wawasan dan pilihan aktivitas nyata yang kelak (mudah-mudahan) menjadi pilihan aktivitas dari lifeskills yang pernah dipelajarinya.
Karena berbasis kecakapan hidup, maka dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan konteks materi. Misalnya, untuk tata boga para murid diajak datang ke restoran. Mereka ngobrol dengan juru masak dan melihat cara mengolah bahan serta memasak sampai cara menyajikan.
Dengan didampingi guru, pertemuan berikutnya di sekolah para murid merencanakan akan masak apa dan di antara mereka pun membagi tugas yang harus dibawa meliputi peralatan dan bahannya. Kemudian pekan berikutnya para murid memasak dan hasilnya dinikmati bersama, bahkan dijual pada adik kelas atau kakak kelasnya. Dari lifeskill tata boga ini dapat diketahui ada pembelajaran tentang membuat projek dan menjalaninya sampai tuntas. Aspek kerjasama dan tanggung jawab menjadi tujuan dari lifeskills ini. Lifeskills lainnya pun syarat dengan nilai-nilai karakter yang dicanangkan pemerintah melalui kurikulum nasional.
Nah, hanya itu yang dapat saya bagikan selaku orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Insya Allah, nanti dilanjutkan ceritanya. Ini hanya sekadar berbagi yang saya ketahui tentang SMP Bahtera di Bandung. *** (Ahmad Sahidin)
Tulisan ini pernah dimuat di Kompasiana.com (16/05/2024)
mantap, lanjutkan